ISLAM & IPTEK
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
ISLAM & IPTEK

Baku Beking Pande Dalam Kajian Islam & Iptek
 
IndeksIndeks  PortalPortal  Latest imagesLatest images  PencarianPencarian  PendaftaranPendaftaran  Login  Forum JatonForum Jaton  Dunia Mualaf VidioDunia Mualaf Vidio  KristologiKristologi  Mesjid KitaMesjid Kita  Sain & Qur'anSain & Qur'an  Alam SemestaAlam Semesta  Jalan LurusJalan Lurus  Belajar Qur'anBelajar Qur'an  Mengaji ( Iqra' )Mengaji ( Iqra' )  Jaton SilaturachmiJaton Silaturachmi  

 

 Umat Islam di AS

Go down 
PengirimMessage
Admin
Admin



Jumlah posting : 271
Join date : 31.01.08

Umat Islam di AS Empty
PostSubyek: Umat Islam di AS   Umat Islam di AS Icon_minitimeThu Apr 03, 2008 7:59 pm

Persekongkolan Blok Kafir terhadap Umat Islam

Umat Islam di AS Bush_point2 Umat Islam di AS Convert-KDNY13

Kaum minoritas muslim di dunia hari ini memiliki posisi yang khusus. Posisi ini disebabkan oleh esensi Islam yang anti kezaliman, pencinta keadilan, dan kemanusiaan. Kaum minoritas muslim hidup di tengah masyarakat minoritas yang bukan beragama Islam dan seringkali mendapatkan perlakuan sebelah mata dari pemerintah negara tempatnya berada. Nasib seperti ini dialami juga oleh kaum muslimin di AS.

Walaupun kaum muslimin merupakan kaum minoritas terbesar di AS, mereka tetap menghadapi berbagai masalah dan problema. Hingga kini belum ada data resmi jumlah bilangan umat Islam di AS, tetapi tetapi diperkirakan antara enam hingga 10 juta orang. Pemerintah AS selama ini selalu berusaha untuk menunjukkan sedikitnya populasi muslim di negaranya. Akan tetapi, kelompok dan tokoh-tokoh Islam AS dengan mengandalkan berbagai bukti dan dokumen, menyebutkan bahwa jumlah penganut agama Islam di AS sekitar 10 juta orang.

AS merupakan sebuah negara yang mempunyai sejarah yang relatif pendek dan karena itu, sejarah kehadiran Islam di negara ini juga tidak begitu panjang. Muslim pertama di AS adalah warga kulit hitam yang dibawa dari Afrika sebagai budak. Sebagian dari mereka telah kembali ke negara asalnya dan sebagian lagi berada di bawah tekanan dan penindasan para tuan kulit putih, sehingga beralih agama. Sejak akhir abad ke-19 dan selepas perang internal AS, di tengah warga kulit putih mulai muncul kecenderungan terhadap Islam. Pada awal abad ke-20, seiring dengan memuncaknya gerakan sosial dan sipil kulit hitam terhadap diskriminasi di AS, perhatian mereka terhadap agama Islam sebagai agama yang anti diskriminasi dan anti ketidakadilan menjadi semakin meningkat.

Sesungguhnya AS adalah sebuah negara yang penduduknya diramaikan oleh para imigran dan hingga kini, negara ini tetap membuka diri untuk para imigran. Oleh karena itu, bukanlah suatu hal yang aneh bila sebagian umat Islam AS adalah para imigran dari berbagai negara muslim. Sebelum Perang Dunia Kedua, jumlah imigran muslim di AS amat sedikit. Usai perang, berdatanganlah imigran dari negara-negara Islam ke AS. Menurut data statistik negara ini pada tahun 1997 jumlah imigran dari negara-negara Islam mencapai 3,3 juta orang. Harus juga diperhatikan bahwa imigran ini memiliki kewarganegaraan AS dan anak-anak mayoritas dari mereka lahir di negara ini dihitung sebagai seorang muslim AS.

Penelitian yang dilakukan berkaitan kondisi umat Islam di AS memperlihatkan bahwa penganut agama Islam tersebar di berbagai negara bagian dan tidak berpusat kepada satu atau beberapa kawasan saja. Umat Islam di AS yang merupakan warga asli terdiri dari warga kulit hitam, kulit putih, serta etnis Spanyol dari Amerika Latin. Sementara itu, umat Islam imigran terdiri dari warga berbagai negara Islam dari utara Afrika dan Timur Tengah hingga ke Tenggara Asia. Perbedaan latar belakang, etnis, warna kulit, dan bangsa tidak menghalangi mereka untuk hidup rukun sebagai sesama muslim. Hal ini dikarenakan Islam adalah agama yang menilai manusia dari keimanan dan ketaqwaan seseorang terhadap Sang Pencipta, bukan dari sisi etnis atau ras. .

Agama Islam memberikan tempat bagi semua bangsa, suku, dan semua strata sosial. Umat Islam saling berinteraksi dengan bersandarkan kepada nilai-nilai Islam. Geneive Abdo, seorang penulis dan jurnalis muslim dalam bukunya yang berjudul Mekah dan Jalan Utama berbicara tentang umat Islam di AS. Dia menyebutkan bahwa anak-anak imigran sebelum mengetahui keterikatannya terhadap negeri nenek moyangnya, lebih dahulu menyadari jati diri mereka mereka sebagai muslim. Oleh itu, meski umat Islam AS tampaknya terpisah dan terpencar, sesungguhnya terhimpun dalam identitas yang sama, yaitu identitas sebagai muslim.

Masjid memainkan peran penting dalam menambah pengetahuan terhadap agama dan solidaritas di kalangan umat Islam. Oleh karena itu, mayoritas umat Islam di AS berusaha untuk menghadirkan diri di masjid dan menghadiri berbagai kegiatan agama. Masjid pertama AS dibangun pada dekade awal abad ke-20. Kini terdapat sekitar 1300 masjid di berbagai kawasan AS yang umumnya memiliki bangunan besar, dilengkapi dengan berbagai fasilitas, dan aktif dalam melaksanakan berbagai kegiatan.
Umat Islam di AS Abdo_mecca_mainstreet2
Menurut laporan polling Zogby (?), kira-kira 30 persen dari umat Islam AS turut serta dalam solat berjamaah dan 25 persen dari mereka hadir lebih dari sekali dalam seminggu dalam acara di masjid atau pusat-pusat kegiatan keislaman. Selain dari masjid, lebih dari 1000 sekolah dasar dan menengah di AS juga memberikan pengajaran nilai-nilai Islam dan Al Quran. Sambutan terhadap sekolah-sekolah seperti ini semakin marak. Demikian juga, di AS terdapat ratusan lembaga amal yang aktif memberikan pelayanan sosial, kesehatan, kekeluargaan, serta pengajaran umat Islam.

Selain itu, di AS juga banyak berdiri berbagai partai dan kelompok Islam yang bertujuan untuk melindungi hak-hak umat Islam, menghapuskan diskriminasi terhadap mereka, menyampaikan Islam, menjelaskan kondisi umat Islam kepada masyarakat AS, dan mengajarkan nilai-nilai Islam kepada umat Islam sendiri.
Umat Islam di AS NOI_louis
Organisasi seperti Nation of Islam bisa disebut sebagai organisasi Islam tertua di AS. Sejak tahun 1980 pemimpin kelompok ini adalah Louis Farakhan. Organisasi ini bersama lembaga-lembaga Islam yang lain hingga kini telah mengelar dua kali demonstrasi sejuta orang dalam rangka memprotes diskriminasi terhadap umat Islam.

Dewan Hubungan Islam AS atau CAIR/The Council on American-Islamic Relations ( www.cair-net.org ) merupakan satu lagi lembaga terbesar dan penting Islam di AS yang didirikan pada tahun 1994. Tujuan utama lembaga ini adalah untuk menyampaikan segala hal yang berkaitan umat Islam AS kepada opini umum dan dunia Islam, serta melindungi hak-hak warga muslim di AS. Lembaga Islam lainnya yang aktif di AS adalah Organisasi Islam AS Utara yang didirikan pada dekade 1970-an oleh umat Islam asal Asia Selatan. Selain itu, ada pula Lembaga Muslim AS yang didirikan oleh orang-orang Arab AS. Di kalangan warga Amerika Latin, berdiri pula sebuah lembaga Islam bernama Latino American Dakwah.

Meskipun berbagai lembaga dan sarana telah dimiliki oleh masyarakat muslim AS, namun sayangnya mereka tetap berhadapan dengan berbagai masalah. Masalah ini semakin meningkat pasca peristiwa 11 September. Dalam bagian kedua acara ini, kami akan membahas dampak peristiwa 11 September terhadap kondisi umat Islam AS dan sebagian lain dari dimensi kehidupan umat Islam negara Paman Sam ini.

Umat Islam di AS Muslim_amerika-3b Umat Islam di AS Muslim_amerika-4b Umat Islam di AS Muslim_amerika-6b Umat Islam di AS Muslim_amerika-8b Umat Islam di AS Muslim_amerika-2b Umat Islam di AS Muslim_amerika-5b Umat Islam di AS Muslim_amerika-10b Umat Islam di AS Muslim_amerika-9b


Umat Islam di AS (2)

Kenyataan menunjukkan bahwa peristiwa 11 September di AS telah ditanggapi secara keras oleh pemerintah negara itu. Segera setelah kejadian itu, pemerintah AS tanpa melakukan penelitian terlebih dahulu telah melemparkan tuduhan kepada jaringan Al Qaida dan menyebarkan kecurigaan kepada kaum muslimin. Dengan memanfaatkan kekuasaan yang luas terhadap media massa, pemerintah AS menyeret opini masyarakat dunia untuk menyamakan Islam sebagai ajaran kekerasan dan mendukung terorisme. Di dalam negeri, pemerintah AS juga memberlakukan berbagai langkah yang menyudutkan kaum muslimin di negara itu.

Pasca peristiwa 11 September, pemerintah AS memberlakukan undang-undang yang sangat merugikan kaum muslimin. Antara lain, polisi dibenarkan untuk menangkap warga yang dicurigai terlibat terorisme tanpa surat izin pengadilan dan menahannya dalam jangka waktu yang lama. Umumnya, yang menjadi korban kecurigaan para polisi terkait kasus terorisme adalah kaum muslimin. Di bandara-bandara, penumpang muslimin seringkali mendapatkan pemeriksaan secara lebih ketat dibanding penumpang lainnya. Dalam kehidupan sosial, kaum muslim AS juga mendapatkan berbagai hambatan dan diskriminasi.

Beberapa waktu yang lalu, kantor berita Perancis dalam meliput peringatan 11 September menulis, “Diskriminasi, gangguan, dan tekanan yang ditimbulkan oleh undang-undang anti terorisme telah membuat kaum muslimin AS sangat terganggu.” Di sisi lain, pemerintah AS selalu berusaha menampakkan bahwa mereka sama sekali tidak punya masalah dengan kaum muslimin. Padahal, polling yang dilakukan oleh Dewan Hubungan Islam Amerika menunjukkan bahwa 55 persen kaum muslimin AS merasa khawatir atas diubahnya perang melawan terotisme menjadi perang melawan Islam. Pada prinsipnya, sebagian besar kaum muslimin berkeyakinan bahwa perang melawan terorisme sesungguhnya adalah perang melawan Islam.

Selain memberlakukan UU anti terorisme yang pada prakteknya sangat merugikan kaum muslimin AS, pemerintah AS juga melakukan serangan propaganda anti Islam yang didukung oleh kaum Yahudi AS dan kaum Kristen-Zionis yang berkuasa di Gedung Putih. Di antara tokoh-tokoh Kristen Zionis yang melakukan propaganda anti Islam adalah Jerry Falwell, Franklin Graham, dan Pet Robertson. Mereka berkali-kali mengeluarkan pernyataan yang menghina Islam. Selain itu, sejak peristiwa 11 September, berbagai buku anti Islam telah diterbitkan di AS.

Propaganda bohong dan provokatif ini telah menciptakan atmosfer yang sangat menyesakkan bagi kaum muslimin AS. Data menunjukkan meningkatnya jumlah pengaduan yang diajukan leh kaum muslimin kepada pihak keamanan akibat gangguan yang mereka terima atau gangguan terhadap pusat-pusat kegiatan Islam, termasuk masjid. Oleh karena itulah surat kabar Perancis Le Monde dalam mengupas peringatan 11 September menulis, “Setelah peristiwa 11 September kaum muslimin AS berada dalam atmosfer yang menakutkan; mereka merasa tidak aman dan mereka menjadi korban kecurigaan dan prasangka buruk pemerintah AS.”

Namun demikian, peristiwa 11 September, selain menimbulkan dampak negattif kepada kaum muslimin AS, juga mendatangkan hikmah. Serangan propaganda dan berbagai aturan hukum yang membatasi kebebasan sipil kaum muslimin telah menimbulkan dorongan kepada mereka untuk lebih bersatu satu sama lain. Laporan dari lembaga polling Zogby menunjukkan bahwa telah muncul kecenderungan kuat untuk bersatu di tengah warga muslim AS. Kondisi ini membuka peluang bagi penyebaran ajaran Islam dengan lebih baik lagi. Kehadiran kaum muslimin di mesjid atau pusat-pusat keislaman menjadi semakin meningkat. Kaum muslimin AS juga semakin bersemangat dalam melawan berbagai propaganda negatif terhadap Islam dengan berbagai cara, mulai dari hadir dalam berbagai diskusi dan wawancara, hingga menulis buku dan makalah.

Selain dari aktivitas agama dan budaya, pasca tragedi 11 September kaum muslimin AS juga semakin meningkatkan aktivitas di bidang politik dan sosial. Professor Hamid Maulana, seorang dosen di AS yang berasal dari Iran, dalam hal ini mengatakan, “Aktivitas politk dan sosial kaum muslimin AS telah menunjukkan peningkatan yang sangat pesat pasca 11 September 2001.” Fakta ini juga dibenarkan oleh hasil penelitian lembaga polling Zogby yang menunjukkan bahwa aktivitas kaum muslimin AS kini telah semakin meluas dan terorganisir. Meskipun pemerintah AS telah memberlakukan banyak aturan baru yang menyulitkan langkah kaum muslimin, namun mereka tetap gigih dalam beraktivitas politik dan sosial.

Salah satu hasil dari gerakan politik kaum muslimin AS adalah berhasilnya Keith Ellison, seorang senator muslim untuk duduk di Kongres AS setelah mendapatkan suara mayoritas di negara bagian Minnesota. Dengan demikian dalam sejarah AS, inilah untuk pertama kalinya seorang anggota Kongres akan mengucapkan sumpah dengan meletakkan tangan di atas Al Quran.

Penelitian menunjukkan bahwa pada tahun-tahun terakhir ini, kaum muslimin dengan upaya keras dan bersungguh-sungguh juga telah meraih keberhasilan dalam bidang pendidikan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata kaum muslimin AS memiliki pendidikan di atas SMA dan berada di dua tahun pertama universitas. Tingkat pendidikan seperti ini paling tinggi bila dibandingkan kaum minoritas lain di AS. Namun, kaum muslimin kulit hitam AS sebagaimana kaum kulit hitam umumnya di negeri itu, masih berada dalam kondisi yang diskriminatif. Dalam hal ini, lembaga-lembaga amal muslimin sangat berperan untuk membantu saudara-saudara sesama muslim yang masih hidup berkekurangan. Lembaga polling Zogby menemukan bahwa 75 persen kaum muslimin menyisihkan pendapatan mereka untuk kegiatan amal.

Propaganda anti Islam yang disebarluaskan pasca 11 September, meskipun memang telah mempengaruhi opini sebagian warga AS, namun juga mendatangkan dampak positif yang tak terduga. Salah satu dampak positif tak terduga itu adalah semakin besarnya ketertarikan rakyat AS terhadap Islam. Setiap tahunnya ribuan orang AS beralih memeluk agama Islam setelah melakukan penelitian terhadap ajaran suci ini. Berdasarkan data statistik, pada tahun 2005 jumlah kaum muslimin di negara itu meningkat 6 persen.

Kini kaum muslimin berkeyakinan bahwa meskipun mendapatkan berbagai hambatan dan tantangan, Islam tetap bisa menyebar luas di negara mereka. Ibrahim Hasan Malabari, salah seorang pemimpin kaum muslim AS, mengatakan, “Saat ini terdapat peningkatan keinginan di tengah masyarakat AS untuk memplajari Islam. Pasca tragedi 11 September, jumlah kaum non-muslim yang mendatangi pusat-pusat keislaman dan masjid-masjid meningkat secara mengejutkan.”

Di tengah kalangan imigran Amerika Latin, ajaran Islam juga menyebar semakin luas. Koran Christian Science Monitor menulis, “Jumlah orang di AS yang beralih memeluk agama Islam semakin hari telah semakin meningkat dan di tengah warga imigran berbahasa Spanyol, jumlah pemeluk agama Islam telah meningkat 30 persen. Secara umum bisa disimpulkan bahwa di AS, Islam telah berubah menjadi sebuah kekuatan besar yang tidak bisa lagi diabaikan. Kaum muslimin AS juga tidak bisa lagi disudutkan dengan cara propaganda negatif sebagaimana selama ini dilakukan oleh media massa dan para pejabat AS. (Irib)-swaramuslim

Kembali Ke Atas Go down
https://islamiptek.indonesianforum.net
 
Umat Islam di AS
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1
 Similar topics
-
» Umat Islam Konflik, Non Muslim Senang
» Jend. Ryamizard: Umat Islam dan TNI Dilemahkan Oleh Musuh Bersama.
» FPI dan Warga NU Harus Sudahi Konflik, karena Rugikan Umat Islam
» FPMI: Umat Islam Rapatkan Barisan Hadapi Imperialisme Model Baru
» Tak Peduli Protes Umat Islam, Inggris Beri Gelar "Ksatria" Buat Salman Rusdhie

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
ISLAM & IPTEK :: PORTAL :: Tampilan Utama-
Navigasi: